A. Pengertian Umum
Plumbing
adalah seni dan teknologi pemipaan dan perlatan untuk menyediakan air bersih ke
tempat yang dikehendaki, baik dalam hal kualitas, kuantitas, dan kontinyuitas
yang memenuhi syarat, dan membuang air bekas (kotor) dari tempat-tempat
tertentu tanpa mencemari bagian penting lainnya untuk mencapai kondisi higienis
dan kenyamanan yang diinginkan (elearning.gunadarma.ac.id, 2011), sedangkan pengertian
plambing menurut SNI 03 – 6481 – 2000 adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan pelaksanaan pemasangan pipa dengan peralatannya di dalam gedung atau
gedung yang berdekatan yang bersangkutan dengan; air hujan, air buangan dan air
minum yang dihubungkan dengan sistem kota atau sistem lain yang dibenarkan
Sistem
Plambing adalah sistem penyediaan air bersih dan system pembuangan air kotor
yang saling berkaitan serta merupakan paduan yang memenuhi syarat yang berupa
peraturan dan perundangan, pedoman pelaksanaan, standar, tentang peralatan dan
instalasinya.
B. Fungsi Plambing
Secara
garis besar, peralatan Plambing memiliki dua fungsi utama yaitu:
1.
Menyediakan air bersih
ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan cukup dan air panas bila
diperlukan
2.
Membuang air kotor
tempat-tempat tertentu tanpa mencemari bagian penting lainnya
C. Peralatan untuk pembuangan
1. Jenis air buangan
Air
buangan atau limbah (waste water) adalah semua cairan yang dibuang, baik yang
mengandung kotoran manusia, hewan, bekas tumbuh-tumbuhan maupun yang mengandung
sisa-sisa proses industri. Air buangan dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
a. Air kotor : Air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet dan
air buangan yang mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat plambing.
b. Air bekas : Air buangan yang bersal dari alat plambing lainnya seperti
bak mandi (bath tub), bak cuci tangan bak dapur dan sebagainya.
c.
Air hujan : Air dari atap, halaman dan sebagainya.
d. Air buangan khusus : Air yang mengandung gas, racun dan bahanbahan
berbahaya yang berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat
pengobatan, tempat pemeriksaan di rumah sakit, rumah pemotongan hewan, air yang
bersifat radio aktif dan lain-lain.
2. Sistem pembuangan air
a. Sistem pembuangan air kotor dan bekas
§
Sistem Campuran : Sistem pembuangan dimana air kotor dan air bekas
dikumpulkan dan dialirkan ke dalam satu saluran.
§ Sistem terpisah : Sistem pembuangan dimana air kotor dan bekas
masing-masing dikumpulkan dan dialirkan secara terpisah.
§
Untuk daerah dimana tidak tersedia riol umum yang dapat menampung air
bekas dan air kotor maka system pembuangan air kotor akan disambungkan ke
instalasi pengolahan air kotor terlebih dahulu.
b. Sistem pembuangan air hujan
Pada
dasarnya air hujan harus disalurkan melalui system pembuangan yang terpisah
dari sistem pembuangan air bekas dan air kotor. Bila dicampurkan, kemungkinan
apabila saluran tersebut tersumbat oleh sebab apapun ada kemungkinan air hujan
akan mengakibatkan air balik dan masuk ke dalam alat plambing terendah dari
sistem tersebut.
Gedung
harus mempunyai perlengkapan drainase untuk menyalurkan air hujan dari atap dan
halaman atau pekarangan dengan pengerasan di dalam persil ke saluran air hujan
kota atau saluran pembuangan campuran kota. Pada daerah yang tidak terdapat
saluran tersebut.
Drainase
atap harus memenuhi ketentuan berikut :
1)
Drainase atap harus kedap air
2) Saringan harus dipasang pada lubang talang tegak. Saringan harus menonjol
sekurang-kurangnya 10 cm diatas permukaan atap atau talang datar diukur dari
lubang masuk talang tegak. Jumlah luas lubang saringan tidak boleh < 1,5
kali luas penampang talang tegak. Saringan pada drainase atap atau geladak
tempat menjemur,geladak parkir atau tempat sejenis dipasang rata dengan
permukaan geladak dan jumlah luas lubangnya tidak boleh < 2 kali luas
penampang talang tegak.
c. Sistem gravitasi dan sistem bertekanan
§
Sistem gravitasi : umumnya diusahakan agar air buangan dapat dialirkan
secara gravitasi dengan mengatur tata letak kemiringan pipa pembuangan
§
Sistem bertekanan : dalam sistem ini air buangan dikumpulkan dalam bak
penampung dan kemudian dipompakan ke luar dengan menggunakan pompa motor
listrik dan bekerja secara otomatis.
3. Komponen sistem pembuangan
Uraian
tentang beberapa bagian penting dari komponen system pembuangan adalah sebagai
berikut :
a. Pipa pembuangan alat plambing
Pipa
pembuangan yang menghubungkan pipa pembuangan yang menghubungkan perangkap alat
plambing dengan pipa pembuangan lainnya dan biasanya dipasang tegak.
b. Cabang mendatar
Semua
pipa pembuangan mendatar yang menghubungkan pipa pembuangan alat plambing
dengan pipa tegak air buangan.
c. Pipa tegak air buangan
Pipa
tegak untuk mengalirkan air buangan dari cabang-cabang mendatar.
d. Pipa tegak air kotor
Pipa
tegak untuk mengalirkan air kotor dari cabang-cabang mendatar.
e. Pipa atau saluran pembuangan gedung
Pipa
pembuangan dalam gedung yang mengumpulkan air kotor, air bekas, atau air hujan
dari pipa-pipa tegak air buangan.
f. Riol gedung
Pipa di
halaman gedung yang menghubungkan pipa pembuangan gedung dengan instalasi
pengolahan atau dengan roil umum.
D. Macam-macam Pipa Untuk Plambing
Dalam
perencanaan plambing, perlengkapan utama yang dibutuhkan adalah pipa. Pipa-
pipa yang digunakan dalam perancangan plambing terdiri dari:
1.
Pipa baja (galvanis)
Pipa
galvanis umumnya digunakan sebagai penyalur air dingin ataubagian dari suatu
tower air, sebagai penghubug dari mesin air ke tandon di atas tower. Pipa ini
dapat juga digunakan sebagai penyalur adukan beton ke bangunan selama masa konstruksi.
Gambar 1.1 Pipa Baja (Galvanis)
2.
Pipa PVC
Pipa PVC
biasanya digunakan sebagai sarana utama instalasi air dalam gedung. Pipa PVC
bersifat ringan, berkekuatan tinggi, dan reaktivitas rendah, menjadikannya
cocok untuk berbagai keperluan. Pipa PVC juga bisa dicampur dengan berbagai
larutan semen atau disatukan dengan pipa HDPE oleh panas,menciptakan sambungan
permanen yang tahan kebocoran.
1.2 Pipa PVC
3.
Pipa Tembaga
Pipa
tembaga umumnya digunakan sebagai penyalur air panas pada suatu gedung. Pipa
ini dipilih untuk menyalurkan air panas karena sifat konduktornya yang sangat
baik dan tahan terhadap korosi.
Gambar
1.3 Pipa Tembaga
E. Sistem Instalasi Plumbing
Yang
dimaksud disini dengan pekerjaan instalasi plambing adalah pengadaan,
transportasi, pembuatan, pemasangan, peralatan bahan-bahan utama dan pembantu
serta pengujian, sehingga diperoleh instalasi yang lengkap dan baik sesuai
dengan spesifikasi, gambar dan bill of quantity. Uraian pekerjaan sistem
plumbing :
1. Sistem Air Bersih
Pipa air
bersih per lantai dilayani oleh 2 pipa tegak (sisi kiri dan sisikanan).
2. Sistem Air Kotor
Pipa air
kotor, air bekas dari toilet dan air buangan dari dapur, pantry dilayani dengan
pipa terpisah. Pipa tegak air kotor dan air bekas disambungkan ke pipa
eksisting di halaman menuju tangki septik. Sedangkan pipa tegak air buangan dari
dapur dan pantry dialirkan ke penangkap lemak terlebih dahulu sebelum dibuang
ke saluran luar.
3. Sistem Air Hujan
Roof
drain dipasang pada lantai atap. Setiap pipa tegak air hujan harus diarahkan ke
sumur resapan terlebih dahulu dan kemudian limpahannya dialirkan ke sistem
drainase halaman. Pipa tegak air hujan yang difungsikan juga sebagai pipa
kondensat drain dari instalasi AC, harus diisolasi dengan ketebalan minimal
25 mm.
F. Simbol-simbol Instalasi Plambing
Gambar 1.6 Macam -macam jenis instalasi plumbing
G. Instalasi Air Bersih
Gambar 1.7 Denah Instalasi Air Bersih
Instalasi saluran air bersih merupakan perencanaan
pembangunan alur air bersih dari sumber air melalui komponen penyalur dan
penyambungnya ke bak – bak penampungan air maupun kran-kran yang berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan air dalam kehidupan sehari-hari.
1. Sistem
Sambungan Langsung
Sistem sambungan langsung adalah
sistem dimana, pipa distribusi kebangunan langsung dengan, pipa cabang dari
sistem penyediaan air minum secara kolektif (dalam hal ini pipa cabang
distribusi PDAM). Karena terbatasnya tekanan air di pipa distribusi PDAM, maka
sistem ini hanya bisa untuk bangunan kecil atau bangunan rumah sampai dengan 2
(dua) lantai.
Pada umumnya sumber air yang
digunakan pada sistem ini adalah air yang berasal dan pipa cabang sistem
penyediaan air minum secara kolektif (dalam hal ini pipa cabang distribusi
PDAM).
Gambar 1.8 (a)
Katup penutup dalam persil dan (b) Katup penutup dibawah jalan (Takeo Murimura,
1993)
2. Sistem Tangki
Atap/Atas
Apabila sistem
sambungan langsung oleh berbagai alasan tidak dapat diterapkan, sebagai
gantinya banyak sekali digunakan system tangki atap. Sistem ini, air ditampung
lebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada lantai terendah atau di bawah
muka tanah), kemudian dipompakan kesuatu tangki atas yang biasanya dipasang di
atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini air
didistribusikan ke seluruh bangunan.
Sistem tangki atap ini
seringkali digunakan dengan pertimbangan :
a. Selama airnya digunakan
perubahan tekanan yang terjadi pada alat plambing hampir tidak berarti.
Perubahan tekanan ini hanyalah akibat perubahan muka dalam tangki atap;
b. Sistem pompa yang menaikkan
air ketangki atap bekerja secara otomatis dengan cara yang sangat sederhana sehingga
kecil kemungkinan timbulnya kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan
oleh alat yang mendeteksi muka dalam tangki atap;
3) Perawatan tangki atap sangat
sederhana dibandingkan dengan misalnya tangki tekan.
Gambar 1.9 Detail Sistem
Tangki Atas
Rangkaian instalasi air bersih di dalam rumah disebut instalasi pipa sekunder, umumnya menggunakan pipa ukuran 0,5 inci.
Namun ukuran instalasi pipa primer (dari sumber air ke instalasi dalam rumah)
berbeda – beda bergantung pada sumber airnya.
Ø Air PAM langsung dihubungkan ke instalasi pipa di rumah, maka pipa
primernya menggunakan pipa berukuran sama dengan instalasi pipa sekunder,yaitu
ukuran 0,5 inchi.
Ø Air PAM didistribusikan ke instalasi pipa di rumah melalui bak penampung
(tower air), maka pipa dari meteran PAM ke tower air menggunakan pipa ukuran
0,5 inci. Sedangkan dari tower air ke instalasi di rumah menggunakan pipa
ukuran ¾ ,1 inci.
3. Sistem Kolektif
Sistem penyediaan air minum yang sumber airnya diambil
bersama sama atau kolektif yang diselenggarakan suatu badan atau perusahaan.
Ø Pada umumnya badan atau
perusahaan yang menyelenggarakan adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Sistem yang digunakan untuk mendistribusikan menggunakan sarana perpipaan. Oleh
karena itu sistem ini juga disebut penyediaan air minum sistem perpipaan.
Ø Air dari sumber air (air
tanah tertekan, mata air, atau air permukaan) dialirkan melalui saluran
transmisi air baku baik secara gravitasi maupun pemompaan ke bangunan atau unit
pengolahan air minum untuk diolah agar memenuhi syarat kualitas air minum. Air
minum selanjutnya dialirkan melalui pipa transmisi secara gravitasi atau
pemompaan ke reservoir untuk selanjutnya didistribusikan ke konsumen melalui
pipa atau jaringan pipa distribusi secara gravitasi atau pemompaan atau
gabungan gravitasi dan pemompaan.
Ø Tekanan air pada pipa
distribusi maks. 40 mka dan pada ujung pipa distribusi minimal 10 mka.
4. Pengamanan Sistem Air Bersih
Pencegahan Pencemaran :
Pencegahan
dilakukan dengan memperhatikan :
a. Larangan
Hubungan Pintas
Yang dimaksud adalah : tidak diperkenankan
adanya hubungan fisik antara dua sistem pipa yang kualitas airnya berbeda.
Misalnya : antara sistem air minum dengan sistim air kebakaran.
b. Mencegah
Terjadinya Aliran Balik
Yang dimaksud adalah : terjadinya aliran
masuk air bekas, air tercemar dari peralatan saniter atau tangki kedalam sistim
pipa air akibat terjadinya tekanan negatif (back sliphonage effect).
5.
Model
Instalasi Penyediaan Air Bersih
1. a. Sistem Tertutup
Pemipaan tertutup maksudnya ujung
pipa yang terakhir (hilir) menyambung kembali ke ujung awal pipa (hulu). Sistem
seperti ini bisa juga disebut jaringan pemipaan memutar (loop). Sistem tertutup
memungkinkan tekanan di semua outtake (pipa keluaran air) rata. Pemipaan sistem
tertutup membutuhkan jumlah pipa lebih besar dibanding pemipaan sistem terbuka.
Konsekuensinya, pemipaan sistem tertutup membutuhkan biaya lebih besar
dibanding sistem terbuka.
b. Sistem
Terbuka
Pemipaan terbuka adalah sistem
pemipaan yang kedua ujung pipa (hilir dan hulu) tidak menyambung. Bila jaringan
pemipaannya terbuka, biasanya outtake di bagian ujung pipa akan bertekanan
rendah. Pemipaan sistem terbuka membutuhkan jumlah pipa lebih sedikit dibanding
pemipaan sistem tertutup. Keuntungan pemipaan sistem terbuka ini adalah
membutuhkan biaya lebih sedikit dibanding sistem terbuka.
Di Indonesia standard ukuran yang dipakai untuk sistem
perairan rumah tangga atau lainnya adalah standart JIS (Japanese Industrial
Standard), sedangkan untuk PDAM biasanya memakai standard Nasional SNI. Adalah :
JUMLAH KRAN
|
DIAMETER
|
1-2
|
½”
|
3-5
|
¾”
|
6-7
|
1”
|
Untuk kebakaran
|
1 ¾”-2”
|
H. Instalasi Air kotor
Gambar 1.22 Instalasi Air Kotor
Merupakan fasilitas yang ada dalam bangunan seperti halnya :
1. Saluran
air pembuangan dari sekitar bangunan ke arah saluran/got yang ada di luar
halaman bangunan;
2. Bak
kontrol pada tempat tertentu bisa berjarak 15m’ jika saluran air kotor menerus;
3. Dari
talang tegak, penyaluran air hujan yang turun dari penutup atap ke talang
datar;
4. Kemiringan
saluran air kotor harus baik, disarankan ≥ 2% agar drainase lancar tanpa
halangan;
5. Saluran
air kotor dari WC ke septic tank juga harus lancar, sampai saluran yang
dihubungkan ke arah peresapan (sumber rembesan).
a. Bak Kontrol
ü Bak kontrol merupakan bak
kecil yang terpasang diantara pasangan saluran air kotor yang berguna sebagai
pengontrol setiap saat jika saluran air kotor mengalami hambatan atau teradi
genangan air yang tidak diinginkan;
ü Bak kontrol menggunakan
penutup dari cor-coran beton tulang dilengkapi dengan besi pegangan untuk
membuka;
ü Dasar bak kontrol harus
lebih dalam dari dasar saluran air kotor yang ada dimaksudkan agar endapan yang
terjadi mudah dibersihkan;
ü Penempatan bak kontrol ada juga ditempatkan pada penutup septic
tank. Di samping sebagai pengontrol dapat juga untuk memasukkan slang penyedot
air limbah di septic tank.
ü Konstruksi bak kontrol
dibuat dari pasangan ½ batu dengan adukan 1 Pc : Ps dan diplester kedap air 1 Pc : 3 Ps.
1) Posisi Bak
Kontrol
Gambar 1.23 Posisi Bak
Kontrol 1
Gambar 1.24 Posisi Bak
Kontrol 2
0 komentar:
Posting Komentar